MAAF BLOG INI DALAM MASA PERBAIKAN | TERIMAKASIH

Saturday, January 5, 2008

Di Jepang, Semakin Sedikit yang Mau Jadi Pemimpin

Ketika saya menjelahi dunia maya, iseng-iseng saya menemukan artikel yg menurut saya cukup menarik yg berjudul "Di Jepang, Semakin Sedikit yang Mau Jadi Pemimpin" ini kutipannya.....
Jepang mengalami krisis kepemimpinan di masa depan, bukan karena tidak ada calon yang pantas, tapi semakin banyak yang menolak untuk dipromosikan menjadi pemimpin.

Jepang mengalami tren yang sedikit berbeda dengan Indonesia. Bila di Indonesia orang-orang berebut menjadi pemimpin, di sana, semakin lama semakin banyak yang enggan menjadi pemimpin.

Demikian diutarakan President Management Service Center (MSC) Tokyo Kiyoyuki Takeuchi pada salah satu sesi Kongres Nasional II Assessment Center Indonesia, di Hotel Borobudur, Jakarta, pekan lalu.MSC adalah pembawa bendera Development Dimension International (DDI) di Jepang. Studi terakhir yang dilakukan oleh MSC menunjukkan, Jepang akan sulit mencari pemimpin masa depan. Selain karena jumlah penduduk diprediksikan akan semakin sedikit, penelitian juga menemukan 49% karyawan menolak untuk mendapatkan promosi.

Di antara responden yang disurvei hanya 19% yang bersedia untuk dipromosikan. Sementara, 32% belum memutuskan, masih terbuka untuk dibicarakan.

“Semakin banyak yang menolak untuk dipromosikan karena mereka merasa tuntutan pekerjaan akan semakin banyak, jam kerja akan lebih panjang bila menjadi manajer. Sementara, tidak jarang, pendapatan manajer tidak lebih banyak dibandingkan staf-nya, karena manajer tidak lagi mendapatkan uang lembur,” ujar Kiyoyuki dalam Bahasa Inggris.
————————————————————–
Wohehe.. kereen.. Hal ini sungguh sangat berbeda dengan Indonesia. Kursi pemimpin adalah kursi yang paling menggiurkan. Mmm.. btw, ketika membaca itu saya berpikir seperti ini. Apakah sebuah masyarakat, entah itu masyarakat desa, kota, atau sampai lingkup negara itu semaik maju, maka mereka akan semakin enggan untuk jadi pemimpin. Betul kah?
Hal ini bisa betul bisa tidak. Kalo misal ada sebuah fenomena bahwa masyarakat yang maju dan modern itu masyarakatnya akan enggan untk menjadi pemimpin, tentunya hal serupa juga akan terjadi di negara maju seperti negara di eropa atau Amerika. Tapi, nyatanya kenapa di Eropa atau Amerika hal ini tidak terjadi.
Ternyata, kalo coba kita lihat lebih dalam, ternyata gaya hidup masyarakat Jepang agak berbeda dengan gaya hidup masyarakat Eropa atau Amerika. Yakni:
1- Di Jepang, sekitar dua atau tiga dekade terakhir, teknologi sangat pesat berkembang pesat. Semenjak dari anak-anak balita, atau bahkan bayi. Mereka sudah dicekoki dengan namanya barang2 teknologi canggih. Suguhan mainan elektronik yang pasti sangat menarik membuat mereka enggan untuk keluar rumah. Secara psikologis perkembangan dirinya lebih banyak berkembang sebagai anak yang pasif. Bukan seorang anak aktif yang lincah dan sigap dalam bertindak. Terbius oleh permainan elektronik, robot2an, atau mungkin sejenis play-station yang merasa cukup puas dengan mengalahkan musuhnya melalui joy-stick di tangannya.
2- Jepang identik dengan teknologi yang canggih. Kenapa bisa ada teknologi canggih, karena Jepang lah tempat bercokol kerajaan industri teknologi. Di sana masyarakat secara tidak langsung akan terbentuk menjadi para teknisi atau engineer yang handal. Mereka lebih akan dibayar mahal karena kecanggihan otak dan skill teknisnya. Sedikit yang menjual soft-skillnya, begitu juga sedikit yang punya leadership memukau atau sengaja mengolah leadership skill nya untuk “dijual”. Mending menjual technical skill mereka.
3- Jepang tidak memiliki angkatan bersenjata (militer). Yang ada di Jepang hanya lah para polisi atau petugas keamanan. Seperti kita lihat di seantero penjuru bumu, banyak para pemimpin negara yang berasal dari militer. Atau mungkin lihat saja pada negara-negara yang pemimpinnya kaum sipil, lalu di-kudeta oleh militer. Otomatis kalo militer sedikit, maka orang2 yang pengen memimpin “diatas” juga sedikit.
Mm.. atau anda punya pendapat tambahan?

Komentar :

ada 0 Coment ke “Di Jepang, Semakin Sedikit yang Mau Jadi Pemimpin”